Organisasi Keagamaan
ORGANISASI KEAGAMAAN
1. Ekspresi sosial dari ajaran agama dihidupkan dan dipelihara oleh adanya masyarakat penganut yang disebut dengan organisasi keagamaan, baik yang jelas strukturnya maupun sifatnya samar-samar. Pada saat yang bersamaan, dalam rangka mempertahankan keberadaannya, setiap organisasi keagaman pun akan membangun jaringan sosialnya melalui pengembangan kelembagaan atau kegiatan kemasyarakatan.
2. Munculnya organisasi keagamaan adalah dalam rangka atau untuk mengakomodasi dan mewadahi terdapatnya keanekaragaman corak berpikir, kepentingan, orientasi, dan tujuan para penganut agama itu sendiri.
3. Roland Robertson membuat suatu model yang menggambarkan hubungan antara tingkat homoginitas dan heteroginitas agama yang dianut suatu masyarakat dikaitkan dengan organisasi keagamaan, ke dalam empat tipe:
a. Pada masyarakat yang memiliki heteroginitas dalam agama, ada dua tipe: yaitu agama secara organisasi terpisah dari kehidupan ekonomi, politik, dan pendidikan; dan agama yang tidak begitu terorganisir.
b. Pada masyarakat yang memiliki homoginitas agama, juga ada dua tipe: yaitu agama teroganisir dengan baik, dan agama diakui secara resmi sebagai agama negara; dan tidak terorganisir seperti pada masyarakat primitif.
4. Menurut Robert Bellah pada masyarakat primitif tidak terdapat organisasi keagamaan yang terpisah dengan struktur sosial.
5. Joachim Wach mengemukakan adanya dua faktor pendorong terjadinya perubahan dari situasi agama primitif, yang berciri kelompok, ke arah agama yang terorganisir:
a. Meningkatnya diferensiasi dalam masyarakat. Organisasi keagamaan muncul sebagai bagian dari kecenderungan umum ke arah spesifikasi fungsional.
b. Adanya pengayaan pengalaman keagamaan dalam berbagai bentuk organisasi keagamaan yang baru.
6. Pola interaksi dan relasi antar organsasi keagamaan, sebagaimana yang terjadi pada pola interaksi dan relasi pada individu, interaksi dan relasi organisasi keagamaan ini bisa bersifat kompetisi, konflik, dan kerjasama.
7. Tipologi organisasi keagamaan: secara umum tipologi organisasi keagamaan ada yang sifatnya melekat dan terlepas dari struktur agama yang bersangkutan. Dalam agama Kristen misalnya, terdapat struktur hierarkial dari gereja di Vatikan yang bersifat internasional sampai ke tingkat lokal; sementara dalam Islam tidak ada organisasi yang semacam itu.
8. Tipologi organisasi keagamaan yang lain bisa dilihat dari:
9. Fungsi organisasi keagamaan pada umunya adalah untuk: melestarikan, menafsirkan, memurnikan, dan mendakwahkan agama.
10.Menurut Milton Yinger, ada empat tipe kelembagaan dalam Kristen:
a. Eklesia, suatu bentuk organisasi keagamaan yang sama dengan gereja, dibangun oleh pemerintah, yang merupakan organisasi agama nasional dengan anggota dari semua tingkat sosial-ekonomi.
b. Denominasi, organisasi ini tidak terlalu terlibat dengan negara, politik dan kebudayaan seperti gereja, juga tidak menarik diri dari masyarakat seperti sekte. Biasanya terbatas pada ras, kelas, dan daerah tertentu.
c. Established Sect, organisasi ini lebih inklusif dan tidak menghindar dari kebudayaan sekuler.
d. Sekte, biasanya merupakan organisasi kecil yang patuh pada ajaran agama dan praktek ritual tertentu. Mereka menolak kebudayaan sekuler dan cenderung menarik diri dari kehidupa duniawi.
*) Bahan Kuliah Sosiologi Agama
Pertemuan Ke- 8
Link: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/AGAMA%20DAN%20ORGANISASI%20KEAGAMAAN.pdf
1. Ekspresi sosial dari ajaran agama dihidupkan dan dipelihara oleh adanya masyarakat penganut yang disebut dengan organisasi keagamaan, baik yang jelas strukturnya maupun sifatnya samar-samar. Pada saat yang bersamaan, dalam rangka mempertahankan keberadaannya, setiap organisasi keagaman pun akan membangun jaringan sosialnya melalui pengembangan kelembagaan atau kegiatan kemasyarakatan.
2. Munculnya organisasi keagamaan adalah dalam rangka atau untuk mengakomodasi dan mewadahi terdapatnya keanekaragaman corak berpikir, kepentingan, orientasi, dan tujuan para penganut agama itu sendiri.
3. Roland Robertson membuat suatu model yang menggambarkan hubungan antara tingkat homoginitas dan heteroginitas agama yang dianut suatu masyarakat dikaitkan dengan organisasi keagamaan, ke dalam empat tipe:
a. Pada masyarakat yang memiliki heteroginitas dalam agama, ada dua tipe: yaitu agama secara organisasi terpisah dari kehidupan ekonomi, politik, dan pendidikan; dan agama yang tidak begitu terorganisir.
b. Pada masyarakat yang memiliki homoginitas agama, juga ada dua tipe: yaitu agama teroganisir dengan baik, dan agama diakui secara resmi sebagai agama negara; dan tidak terorganisir seperti pada masyarakat primitif.
4. Menurut Robert Bellah pada masyarakat primitif tidak terdapat organisasi keagamaan yang terpisah dengan struktur sosial.
5. Joachim Wach mengemukakan adanya dua faktor pendorong terjadinya perubahan dari situasi agama primitif, yang berciri kelompok, ke arah agama yang terorganisir:
a. Meningkatnya diferensiasi dalam masyarakat. Organisasi keagamaan muncul sebagai bagian dari kecenderungan umum ke arah spesifikasi fungsional.
b. Adanya pengayaan pengalaman keagamaan dalam berbagai bentuk organisasi keagamaan yang baru.
6. Pola interaksi dan relasi antar organsasi keagamaan, sebagaimana yang terjadi pada pola interaksi dan relasi pada individu, interaksi dan relasi organisasi keagamaan ini bisa bersifat kompetisi, konflik, dan kerjasama.
7. Tipologi organisasi keagamaan: secara umum tipologi organisasi keagamaan ada yang sifatnya melekat dan terlepas dari struktur agama yang bersangkutan. Dalam agama Kristen misalnya, terdapat struktur hierarkial dari gereja di Vatikan yang bersifat internasional sampai ke tingkat lokal; sementara dalam Islam tidak ada organisasi yang semacam itu.
8. Tipologi organisasi keagamaan yang lain bisa dilihat dari:
- sifat pembentukannya, ada organisasi keagamaan yang merupakan bentukan pemerintah dan bahkan masuk dalam struktur pemerintahan (MUI, PGI, Walubi dst), dan yang merupakan inisitif murni dari para penganutnya (NU, Muhammadiyah, Persis, dst);
- orientasinya, ada organisasi keagamaan yang berorientasi kemasyarakatan (NU, Muhamadiyah), politik (PKS dan HTI), dan profesi-keilmuan (ICMI);
- keanggotaan, ada organisasi keagamaan yang terbuka (inklusif) dan ada yang bersifat tertutup (eksklusif);
- mazhab, ada organisasi keagamaan yang bebas mazhab dan ada yang menekankan pada mazhab tertentu’
- pola berpikir, ada organisasi keagamaan yang bercorak liberal dan konservatif;
- ijtihad, ada organisasi keagamaan yang menggunakan pola ijtihad tekstual dan kontekstual, ada yang sangat menekankan ijtihad dan ada yang cukup dengan taklid atau ittiba’;
- sikap keagamaan, ada organisasi keagamaan yang masuk dalam kaategori fundamentalis-militan dan fundamentalis-moderat;
- respon terhadap tradisi, ada organisasi keagamaan yang bercorak puritanis dan ortodok yang mempertahankan kemurnian ajaran, dan organaisasi keagamaan yang akomodatifmodifikatif;
- respon terhadap perkembangan, ada organisasi keagamaan yang menekankan tradisi modernitas-reformitas dan ada yang mempertahankan pola lama atau tradisional;
- orientasi duniaakhirat, ada organisai keagamaan yang sangat menekankan kepentingan akhirat dan ada yang menekankan keberimbangan antara keduanya; dan
- sifat keorganisasian, ada organisasi keagamaan yang samar-samar seperti pengikut suatu mazhab yang tidak ada struktur pengurusnya, dan organisasi keagamaan yang jelas struktur keoganisasiannya.
9. Fungsi organisasi keagamaan pada umunya adalah untuk: melestarikan, menafsirkan, memurnikan, dan mendakwahkan agama.
10.Menurut Milton Yinger, ada empat tipe kelembagaan dalam Kristen:
a. Eklesia, suatu bentuk organisasi keagamaan yang sama dengan gereja, dibangun oleh pemerintah, yang merupakan organisasi agama nasional dengan anggota dari semua tingkat sosial-ekonomi.
b. Denominasi, organisasi ini tidak terlalu terlibat dengan negara, politik dan kebudayaan seperti gereja, juga tidak menarik diri dari masyarakat seperti sekte. Biasanya terbatas pada ras, kelas, dan daerah tertentu.
c. Established Sect, organisasi ini lebih inklusif dan tidak menghindar dari kebudayaan sekuler.
d. Sekte, biasanya merupakan organisasi kecil yang patuh pada ajaran agama dan praktek ritual tertentu. Mereka menolak kebudayaan sekuler dan cenderung menarik diri dari kehidupa duniawi.
*) Bahan Kuliah Sosiologi Agama
Pertemuan Ke- 8
Link: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/AGAMA%20DAN%20ORGANISASI%20KEAGAMAAN.pdf