Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Jiwa Kepemimpinan itu Bakat? atau...?

Hampir sebagian besar orang beranggapan bahwa sifat kepemimpinan itu sudah ada dari dalam diri yang merupakan bakat dan sudah terbentuk sehingga membutuhkan wadah yang baik dan tepat untuk dapat mengekspresikan jiwa kepemimpinan tersebut. Anggapan tersebut ternyata salah, ternyata jiwa kepemimpinan tersebut dapat dibentuk sendiri oleh manusia tanpa peduli apakah orang tersebut sudah berbakat dari lahir atau tidak. Menurut Ordway Tead, bahwa timbulnya seorang pemimpin, karena Membentuk diri sendiri, dipilih oleh golongan dan ditunjuk dari atas, artinya ia menjadi pemimpin karena dipercaya dan disetujui oleh pihak atasannya.

Dengan adanya pengertian tersebut tidak dapat dipungkiri bahwa kepemimpinan tidak mutlak hanya disebabkan oleh adanya bakat dari keterunan saja. Tiap manusia yang dilahirkan ke dunia mempunyai kesempatan untuk menjadi pemimpin.

Pengertian kepemimpinan itu sendiri adalah

Robbins (1996)                  : kemampuan mempengaruhi suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan.
Gemmil dan Oakley (1992)  :  kepemimpinan adalah sebuah proses kerjasama antara anggota organisasi dalam merumuskan metode   baru untuk meningkatkan kualitas organisasi.
Psikologi dan jiwa kepemimpinan memiliki hubungan dan keterkaitan yang besar, sebagian besar pengekspresian jiwa yang ada didalam diri merupakan karekteristik kepribadian kita, hal ini dapat dilihat dari sikap atau respon kita dalam menghadapi masalah, bagaimana menyelesaikan masalah dengan baik dsb.
Seseorang yang memiliki jiwa kepemimpinan yang baik akan terlihat dari kondisi psikologi dan fisiknya, yaitu:
  1. Terus belajar : Pemimpin yang berprinsip menganggap hidupnya sebagai proses belajar yang tiada henti untuk mengembangkan lingkaran pengetahuan mereka
  2. Berorientasi pada pelayanan : Pemimpin yang berprinsip melihat kehidupan ini sebagai misi, bukan karir.  Ukuran keberhasilannya adalah bagaimana bisa menolong dan melayani orang.
  3. Memancarkan energi positif : Secara fisik pemimpin yang berprinsip memiliki mimik yang menyenangkan dan bahagia. Mereka optimis, positif bergairah, antusias,dan penuh harap. Mereka memancarkan energi positif yang mempengaruhi orang-orang di sekitarnya.
  4. Mempercayai orang lain : Pemimpin yang berprinsip mempercayai orang lain. Mereka yakin orang lain mempunyai potensi yang tak tampak. Namun tidak bereaksi secara berlebihan terhadap kelemahan-kelemahan manusiawi. Mereka tidak merasa hebat saat menemukan kelemahan orang lain. Ini membuat mereka tidak menjadi naif.
  5. Hidup seimbang : Pemimpin yang berprinsip bukan ekstrimis. ereka sadar dan penuh pertimbangan dalam tindakan. Ini membuat diri mereka seimbang, tidak berlebihan, mampu menguasai diri, dan bijak.
  6. Melihat hidup sebagi sebuah petualangan : Pemimpin yang berprinsip menikmati hidup. Mereka melihat hidup ini selalu sebagai sesuatu yang baru. Mereka siap menghadapinya karena rasa aman mereka datang dari dalam diri, bukan luar. Mereka menjadi penuh kehendak, inisiatif, kreatif, berani, dinamis dan cerdik.
  7. Sinergistik : Pemimpin yang berprinsip itu sinergistik. Mereka adalah katalis perubahan. Setiap situasi yang dimasukinya selalu diupayakan menjadi lebih baik. Karena itu, mereka produktif dalam cara baru dan kreatif.
Tidak dapat dipungkiri bahwa memang jiwa kepemimpinan merupakan bakat sejak lahir tetapi jiwa kepemimpinan juga dapat dibentuk. Jadi tidak ada alasan bagi kita untuk pesimis dan berkata bahwa kepimpinan hanya dimiliki untuk orang yang telah berbakat sejak dahulu. Jiwa kepemimpinan dapat dibentuk karena adanya dukungan-dukungan baik dari dalam dan luar, yaitu adanya kemauan untuk menjadi pemimpin, adanya keberanian untuk berpendapat, adanya keberanian untuk  mensosialisasikan diri dengan lingkungan,adanya keberanian untuk menerima pendapat dari orang lain dan yang paling penting adalah adanya kesempatan baik waktu dan keinginan untuk mewujudkan semua itu.
Walaupun untuk menciptakan jiwa kepemimpinan tersebut membutuhkan waktu yang lama, tetapi jika ada keinginan maka jiwa tersebut akan muncul.

Sumber : Harian Ekonomi NERACA